TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
Disusun oleh :
Dita Ayuningtyas Dewi Asih 18216076
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ilmu Budaya Dasar (IBD) adalah
pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengcrtian
umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
dalam kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti
istilah Basic Humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris “The
Humanities’. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dari bahasa Latin
Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan halus (fefined). Dengan
mempelajari The Humanities diandaikan seseorang ‘akan bisa mcnjadi lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Secara demikian bisa dikatakan bahwa The
Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia
sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi
humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak
mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic Humanities) sebagai satu
matakuliah tidaklah identik dengan The Humanities (yang disalin ke dalam bahasa
Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya) Pengetahuan Budaya (The Humanities)
dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin)
seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai
bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa dan
lain-lain.
Keutuhan manusia sebagai
pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan, dan meresapkan
nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu
bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi
pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk
menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun
secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan
pendekatan terhadap seni rupa seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang
kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang nampaknya rupa seolah-olah
hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-kadang seni rupa itu
lebih disamakan dengan seni visual.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Prosa
Prosa adalah suatu
jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar,
serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal
dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa
biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa
dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa
lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum
terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa
aturan apa pun.
2.2 Jenis-jenis
prosa
2.2.1
Prosa fiksi
Prosa fiksi adalah prosa yang
berbentuk karangan/Khayalan yang dibuat oleh pengarangnya. Isi cerita yang
dibuat tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta yang terjadi. Prosa fiksi ini
disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif.
Contoh prosa fiksi : Cerpen, novel, dan dongeng
2.2.2
Prosa nonfiksi
Prosa nonfiksi merupakan
karangan yang dibuat bukan berdasarkan rekaan/khayalan sang pengarang, tetapi
berisi hal-hal berupa informasi faktual ( kenyataan ) atau berupa pengamatan
pengarang. Jenis prosa non fiksi ini juga disebut karangan semi ilmiah
Contoh Prosa nonfiksi : Artikel, tajuk rencana, opini, feature,
biografi, tips, reportase, jurnalisme baru, iklan dan pidato.
2.2.3 Prosa deskripsi
Prosa
deskripsi adalah karangan yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga
pembaca seolah – oleh melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
2.2.4
Prosa narasi
Prosa narasi adalah
karangan yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan
agar pembaca seolah – olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
2.2.5
Prosa eksposisi
Prosa eksposisi
adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan
sejelas – jelasnya.
2.2.6
Prosa argumentasi
Prosa argumentasi adalah karangan yang berisi idea tau gagasan yang
dilengkapi data – data kesaksian bertujuan mempengaruhi pembaca untuk
menyatakan persetujuannya.
2.2.7 Prosa Persuasi
Prosa persuasi
adalah karangan yang disampaikan dengan cara – cara tertentu, bersingfat
ringkas, menarik pembaca, hingga pembaca terhanyut oleh siratan ininya.
2.3 Unsur-Unsur prosa
2.3.1
Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaannya, pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu, dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing selama hidupnya, dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
Keistimewaannya, pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu, dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing selama hidupnya, dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2.3.2
Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
2.3.3
Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imajinasi, dan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
Prosa fiksi dapat menstimuli imajinasi, dan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
2.3.4
Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Prosa fiksi dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu; lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri; dapat memperluas dan memperdalam persepsi wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia; serta akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dala menghadapi kenyataan-kenyataan diluar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya.
Prosa fiksi dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu; lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri; dapat memperluas dan memperdalam persepsi wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia; serta akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dala menghadapi kenyataan-kenyataan diluar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya.
2.4 periodisasi
prosa
2.4.1
Prosa lama
Prosa
lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan
barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan,
disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan
Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk
tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan
sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra indonesia
mulai ada. Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a. Mite adalah dongeng yang banyak mengandung
unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro
Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang dihubungkan
dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya
adalah binatang. Contoh: Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang
ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa.
Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat
khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah cerita yang di
dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh:
Seribu Satu Malam
Tokoh – tokoh prosa
lama
·
Hamzah Pansuri
·
Abdul Rauf
·
Nuruddin Arraniri
2.4.1.1
Contoh Prosa lama
Contoh Prosa
Lama (Hikayat)
Botol Ajaib
Tidak ada henti-hentinya.
Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak
dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga
dipanggil ke istana.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.
“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap.
Mungkin sudah takdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.
“Bukankah jin itu tidak terlihat?” Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.
Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas. “Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?”
“Sudah Paduka yang mulia.” jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu.
Baginda menimang-nimang botol itu. “Mana angin itu, hai Abu Nawas?” tanya Baginda.
“Di dalam, Tuanku yang mulia.” jawab Abu Nawas penuh takzim.
“Aku tak melihat apa-apa.” kata Baginda Raja.
“Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu.” kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.
“Bau apa ini, hai Abu Nawas?!” tanya Baginda marah.
“Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol.” kata Abu Nawas ketakutan.
Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.
“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap.
Mungkin sudah takdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.
“Bukankah jin itu tidak terlihat?” Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.
Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas. “Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?”
“Sudah Paduka yang mulia.” jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu.
Baginda menimang-nimang botol itu. “Mana angin itu, hai Abu Nawas?” tanya Baginda.
“Di dalam, Tuanku yang mulia.” jawab Abu Nawas penuh takzim.
“Aku tak melihat apa-apa.” kata Baginda Raja.
“Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu.” kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.
“Bau apa ini, hai Abu Nawas?!” tanya Baginda marah.
“Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol.” kata Abu Nawas ketakutan.
Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat.
·
Unsur
Intrinsik Hikayat Abu Nawas “Botol Ajaib”
Tema : Semangat/ Kerja
Keras
Tokoh :
a.Abu Nawas :Memiliki watak yang cerdik, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha untuk mengerjakan sesuatu walaupun terkadang hal itu aneh, tidak mungkin dan sulit dilakukan.
a.Abu Nawas :Memiliki watak yang cerdik, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha untuk mengerjakan sesuatu walaupun terkadang hal itu aneh, tidak mungkin dan sulit dilakukan.
b.Baginda Raja : Memiliki watak yang licik.selalu berusaha
menjatuhkan abu nawas dengan ide-ide dan perintah-perintah anehnya terhadap abu
nawas, namun walaupun demikian, abu nawas selalu saja memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Latar :
Latar tempat :Rumah Abu Nawas, Istana Baginda Raja, Jalan
Latar suasana : Tegang.
Latar tempat :Rumah Abu Nawas, Istana Baginda Raja, Jalan
Latar suasana : Tegang.
Alur :
Menggunakan Maju karena dicerikan mulai dari awal hingga akhir permasalahan.
Menggunakan Maju karena dicerikan mulai dari awal hingga akhir permasalahan.
Sudut penceritaan :
Orang ketiga (pihak penulis), karena cerita tidak secara langsung terjadi namun ada pihak ketiga yang menceritakan kisah tersebut.
Orang ketiga (pihak penulis), karena cerita tidak secara langsung terjadi namun ada pihak ketiga yang menceritakan kisah tersebut.
Gaya Bahasa :
Majas Personifikasi pada kata “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan. Dan pada “Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda. Serta pada Abu Nawas “menggondol sepundi penuh uang emas”
Dalam cerita tersebut, majas yang dominan digunakan bahkan terhadap semua kata yang menggunakan majas adalah majas Personifikasi yaitu majas dengan sifat seolah-olah menurunkan sifat benda hidup terhadap benda Mati.
Majas Personifikasi pada kata “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan. Dan pada “Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda. Serta pada Abu Nawas “menggondol sepundi penuh uang emas”
Dalam cerita tersebut, majas yang dominan digunakan bahkan terhadap semua kata yang menggunakan majas adalah majas Personifikasi yaitu majas dengan sifat seolah-olah menurunkan sifat benda hidup terhadap benda Mati.
Amanat :
Jangan berputus asa menghadapi suatu masalah
ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan,maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis diri bahwa kita tak mampu melakukannya namun berusahalah untuk mengerjakannya karena selama kita mau berusaha, kita insya Allah dapat menyelesaiakan masalah itu, seperti yang dilakukan oleh Abu nawas.
Jangan berputus asa menghadapi suatu masalah
ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan,maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis diri bahwa kita tak mampu melakukannya namun berusahalah untuk mengerjakannya karena selama kita mau berusaha, kita insya Allah dapat menyelesaiakan masalah itu, seperti yang dilakukan oleh Abu nawas.
Jangan mencoba menjatuhkan seseorang dengan akal licik dan
curang
Kita tidak boleh memiliki sifat seperti raja yang selalu berusaha menjatuhkan Abu nawas dengan akal licik dan curang. Karena sesungguhnya itu akan merugikan kita sendiri.
Kita tidak boleh memiliki sifat seperti raja yang selalu berusaha menjatuhkan Abu nawas dengan akal licik dan curang. Karena sesungguhnya itu akan merugikan kita sendiri.
Jangan sewena-wena dengan jabatan.
Kita tidak boleh memiliki sifat seperti baginda Raja yang seenaknya memerintah seseorang untuk melakukan hal-hal aneh yang sebenarnya jika dipikir secara logis tidak mungkin dilakukan, memerintahkan hal yang aneh dengan maksud curang terhadap seseorang karena merasa dirinya memiliki kewenangan sebagai seorang raja.
Kita tidak boleh memiliki sifat seperti baginda Raja yang seenaknya memerintah seseorang untuk melakukan hal-hal aneh yang sebenarnya jika dipikir secara logis tidak mungkin dilakukan, memerintahkan hal yang aneh dengan maksud curang terhadap seseorang karena merasa dirinya memiliki kewenangan sebagai seorang raja.
Unsur
Ekstrinsik Hikayat Abu Nawas “Botol Ajaib”
Nilai Sosial
Nilai sosial yang terkandung yaitu seseorang seperti baginda raja walaupun memiliki jabatan yang tinggi, ia tetap membutukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Artinya seorang raja itu juga makhluk sosial .
Nilai sosial yang terkandung yaitu seseorang seperti baginda raja walaupun memiliki jabatan yang tinggi, ia tetap membutukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Artinya seorang raja itu juga makhluk sosial .
Nilai Budaya :
Nilai Budaya yang terkandung yaitu samapai sekarang sistem kerajaan masih banyak diterapakan, masih banyak ditemukan sistem politik kekuatan, siapa yang memiliki kekuatan besar dan wewenang pemerintahan berhak untuk memerintah bawahannya.
Nilai Budaya yang terkandung yaitu samapai sekarang sistem kerajaan masih banyak diterapakan, masih banyak ditemukan sistem politik kekuatan, siapa yang memiliki kekuatan besar dan wewenang pemerintahan berhak untuk memerintah bawahannya.
Nilai Pendidikan :
Nilai Pendidikan yang terkandung yaitu didalam mengerjakan sesuatu, kita jangan terlalu cepat berputus asa, misalnya kita diberi tugas yang susah oleh guru, kita harus berusaha mengerjakannya.
Nilai Pendidikan yang terkandung yaitu didalam mengerjakan sesuatu, kita jangan terlalu cepat berputus asa, misalnya kita diberi tugas yang susah oleh guru, kita harus berusaha mengerjakannya.
Nilai Moral :
Nilai Moral yang terkandung yaitu jangan terlalu sewena-wena dengan jabatan, jadikan diri kita bermoral dengan berperilaku yang bermoral bagi sesama tanpa memandang status atau derajat.
Nilai Moral yang terkandung yaitu jangan terlalu sewena-wena dengan jabatan, jadikan diri kita bermoral dengan berperilaku yang bermoral bagi sesama tanpa memandang status atau derajat.
Nilai Politik :
Nilai Politik yang terkandung yaitu dalam cerita tersebut diceritakan sebuah cerita kerajaan, kerajaan merupakan sistem politik pada zaman dahulu dan bahkan sampai sekarang masih diterapkan diberbagai negara dan daerah.
Nilai Politik yang terkandung yaitu dalam cerita tersebut diceritakan sebuah cerita kerajaan, kerajaan merupakan sistem politik pada zaman dahulu dan bahkan sampai sekarang masih diterapkan diberbagai negara dan daerah.
2.4.2
Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang
timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul
sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20.
Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru
dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan
pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu
masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi
(pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku
dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan
Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam
2. Riwayat adalah suatu karangan prosa yang
berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa
juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai
meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie
atau Ki hajar Dewantara.
3. Otobiografi adalah karya yang berisi
daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang berisi
kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip
Rosyidi
5. Kisah adalah riwayat perjalanan
seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan
makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro,
Catatan di Sumatera – M. Rajab.
6. Cerpen adalah suatu karangan prosa yang
berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut.
Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah
karangan Idrus.
7. Novel adalah suatu karangan prosa yang
bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan
orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
8. Kritik adalah karya yang menguraikan
pertimbangan baik-buruk suatu hasil
karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria
tertentu yangs ifatnya objektif dan menghakimi.
9. Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan
suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca
mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan,
dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya
karya tersebut dibaca atau dinikmati.
10. Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah
secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa
berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya,
seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera
pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
Tokoh
– Tokoh Prosa baru :
·
Merari Siregar
·
Marah Rusli
·
Muhammad Kasim
·
Abdul Muis
·
Suman H.S
2.4.2.1
Contoh Prosa baru
Si “Alhamdulillah”
Pada zaman dahulu di Desa lembah neundeut ada seorang pemuda
yang memelihara seekor kuda sejak dari kecil yang sangat penurut, nama kuda itu
adalah “Alhamdulillah”, kuda itu sangat penurut, apabila di panggil langsung
datang. Jika di suruh berjalan kita hanya berkata “Alhamdulillah” langsung
tancap kuda itu akan berjalan, sedangkan jika mau berhenti kita ucap
“Astagfirullah” si kuda akan langsung berhenti. Mungkin karena di rawat sejak
kecil dan latihan yang rutin membuat si kuda menjadi penurut.
Oman adalah pemilik kuda pintar tersebut, dia sangat sayang
dengan kudanya. Di suatu sore hari Oman sedang mengajak bermain kudanya itu
keliling taman dekat rumahnya. Ketika sedang di taman Oman bertemu dengan
seorang temannya bernama Asep “Assalamualaikum…. gimana kabarnya, kudanya bagus
bangeeet..”?
“Baik… ia ni kuda penurut, tinggal ucap hamdalah dia akan berjalan, dan kalau mau berhenti tingal ucap “istigfar”
” aku boleh nyoba gak”?
” oh.. monggo…”
Sang teman mulai mengucapkan hamdalah untuk menjalankannya. “alhamdulilah berangkatlah kuda” dia merasa bosan karna kudanya jalannya terlalu pelan, dia memukul kuda supaya berjalan lebih cepat ,tapi belum berhasil juga, akhirnya dia memukul dan mengucapkan alhamdulillah dengan keras. “PLAK….. ALHAMDULIILLAH……” Kuda itu berjalan dengan cepat ,sehingga orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan matanya terlihat jurang yang sangat dalam , karena sangat gugup dia lupa kata-kata untuk menghentikan kudanya, semua kata-kata keluar dari mulutnya. “ALLAH” kuda belum berhenti. “ROSULALLAH.” kuda itu masih belum bisa berhenti. ” INALILAH.” kuda itu masih tak mau behenti.
Dia sudah putus asa , dia mengucapkan istigfar untuk yang terakhir kalinya. ” ASTAGFIRULOH.” Tiba-tiba kuda itu berhenti pas di depan jurang itu, dia sangat senang, dan mengucapkan puji syukur kepada Allah. “Alhamdulillah ya Allah kau masih menolongku”. karena ucapanya itu, kuda tiba-tiba berjalan dan….dan ,,..
“Baik… ia ni kuda penurut, tinggal ucap hamdalah dia akan berjalan, dan kalau mau berhenti tingal ucap “istigfar”
” aku boleh nyoba gak”?
” oh.. monggo…”
Sang teman mulai mengucapkan hamdalah untuk menjalankannya. “alhamdulilah berangkatlah kuda” dia merasa bosan karna kudanya jalannya terlalu pelan, dia memukul kuda supaya berjalan lebih cepat ,tapi belum berhasil juga, akhirnya dia memukul dan mengucapkan alhamdulillah dengan keras. “PLAK….. ALHAMDULIILLAH……” Kuda itu berjalan dengan cepat ,sehingga orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan matanya terlihat jurang yang sangat dalam , karena sangat gugup dia lupa kata-kata untuk menghentikan kudanya, semua kata-kata keluar dari mulutnya. “ALLAH” kuda belum berhenti. “ROSULALLAH.” kuda itu masih belum bisa berhenti. ” INALILAH.” kuda itu masih tak mau behenti.
Dia sudah putus asa , dia mengucapkan istigfar untuk yang terakhir kalinya. ” ASTAGFIRULOH.” Tiba-tiba kuda itu berhenti pas di depan jurang itu, dia sangat senang, dan mengucapkan puji syukur kepada Allah. “Alhamdulillah ya Allah kau masih menolongku”. karena ucapanya itu, kuda tiba-tiba berjalan dan….dan ,,..
UNSUR
INTRINSIK
1. Tema Kuda penurut
1. Tema Kuda penurut
2. Alur Cerita Alur maju, karena jalan cerita di jelaskan secara
runtut
3. Penokohan:
A. Tokoh utama (Alhamdulillah) : berwatak penurut dan pintar.
A. Tokoh utama (Alhamdulillah) : berwatak penurut dan pintar.
B. Tokoh Pembantu :
Oman, wataknya penyayang.
Oman, wataknya penyayang.
Asep, wataknya mempunyai Rasa ingin tahu yang tinggi
4. Latar:
a. Tempat: Desa lembah neundet, Taman dekat rumah, dan perjalanan, dekat jurang dalam.
a. Tempat: Desa lembah neundet, Taman dekat rumah, dan perjalanan, dekat jurang dalam.
b. Waktu: Zaman dahulu, Sore hari
c. Suasana: Diawal cerita suasana yang timbul biasa saja, tetapi
di akhir cerita menegangkan karena terdapat konflik.
5. Sudut Pandang: “Dia” terbatas (mereka tidak diberi kesempatan
untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.)
6. Gaya Bahasa : Aptronim (adalah pemberian nama yang cocok
dengan sifat atau pekerjaan.)
UNSUR
EKSTRINSIK
Nilai moral:
Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai moral yaitu seseorang haruslah bersikap menyayangi terhadap sesama makhluk hidup, sehingga akan membuat suatu ikatan, walaupun dengan seekor kuda
Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai moral yaitu seseorang haruslah bersikap menyayangi terhadap sesama makhluk hidup, sehingga akan membuat suatu ikatan, walaupun dengan seekor kuda
Nilai Sosial-budaya:
yaitu sesuai dengan kehidupan kita sehari hari, yaitu seorang yang menyayangi seeokor binatang dan melatih hingga menjadi seekor binatang yang penurut. Namun hal ini bertolak belakang dengan kehidupan kita yang tidak menyayangi seekor binatang, bahkan kita memburu dan menagkapnnya demi kebutuhan ekonomi ( pemburuan Orang utan)
yaitu sesuai dengan kehidupan kita sehari hari, yaitu seorang yang menyayangi seeokor binatang dan melatih hingga menjadi seekor binatang yang penurut. Namun hal ini bertolak belakang dengan kehidupan kita yang tidak menyayangi seekor binatang, bahkan kita memburu dan menagkapnnya demi kebutuhan ekonomi ( pemburuan Orang utan)
2.5 Periodisasi Seni di Dunia
2. 5. 1 Periodesasi
Seni Musik
1.
Musik
periode sebelum masehi.
Sejak
abad sebelum masehi telah tumbuh sebagai suatu kebutuhan batin dalam kehidupan
manusia. Orang yang memulai peduli terhadap musik adalah “Jubal”. Pada periode
sebelum masehi ini, musik masih sangat sederhana dan tidak ada yang berupaya
mengabadikannya., sehingga sulit untuk dikaji lebih jauh. Oleh sebab itu
perkembangan musik sebelum masehi., sementara ini tidak dibahas lebih jauh.
2.
Musik
periode awal masehi ( 0 – 1000 ).
Musik
pada periode ini umumnya merupakan musik kultur untuk pemujaan terhadap Tuhan.
Diantara yang lebih dikenal adalah musik “ Gregorian” (yaitu musik vocal satu
suara). Musik gregorian ditokohi oleh Gregorius.
Pada
periode ini instrumen orgel pertama kali ditemukan dan dibuat oleh Harun Al
Rasyid, sehingga dengan adanya alat ini memacu pertumbuhan musik paduan suara
palifoni dan organum. Tokoh tokoh musik periode ini antara lain:
Ambrosius (397).
Gregorius.
Harun
Al Rasyid.
3.
Musik
periode pertengahan (1000 – 1500).
Pada
zaman pertengahan ini muncul berbagai penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi termasuk juga pengetahuan musik. Pada zaman ini Guido Arezzo (
1050 ) telah menemukan sistem membaca notasi dengan solminasi ( do – re – mi –
fa – sol – la – si – do ) yang terus digunakan sampai sekarang dan
menotasikanmusik kedalam blok not. Musik kerohanian mempengaruhi musik rakyat
pada umumnya dan sebaliknya, musik rakyat mempengaruhi musik rohani. Musik
paduan suara dan penggunaan instrumen orgel semakin berkembang menyebar ke
beberapa kota di Eropa.
Perkembangan
selanjutnya yaitu”dengan adanya dasar teoritis yang dikembangkan oleh
Pythagoras dan Guido Di Arezzo maka sistem notasi dan aransemen musik
berkembang menjadi suatu pengetahuan khusus yang menjembatani munculnya
komponis komponis. Seorang komponis yang termashurpada zaman itu adalah
Guilllaume Dufay.
4.
Musik
Periode Reanisance (1500 -1600).
Reanisance
artinya “Kelahiran kembali” ialah periode membangun kembali suatu kebudayaan
yang pernah gemilang sebelum periode pertengahan dan tenggelam selama periode
pertengahan.
Ilmu
pengetahuan berkembang dengan sangat cepat meluas di mana mana. Musik pun
dipelajari sebagai salah satu pengetahuan di Universitas – universitas.
2. 5. 2 Periodesasi
Seni Rupa
Sejarah perbedaan seni rupa murni dan
seni rupa terapan adalah akibat dari konflik antara pengikut pergerakan seni
dan kriya, termasuk salah satunya adalah William Morris, dengan kaum modernis
awal, termasuk diantaranya adalah Virginia Woolf dan kelompok Bloomsbury.
Sejarah
umum perkembangan seni rupa dunia terbagi dalam tiga periode yaitu seni rupa
zaman prasejarah, seni rupa zaman kuno, seni rupa zaman modern, dan seni rupa
pasca modern atau kontemporer.
1.
Seni rupa zaman prasejarah.
hasil
karya seni tertua adalah bentuk patung-patung kecil dan lukisan-lukisan
didinding patung atau gua. ada sangat sedikit hasil karya seni yang berasal
dari sebelum 40.000 tahun yang lalu.yaitu pada zaman paleolitikum tua(awal).
pada waktu itu manusia menggorekan batu-batu kecil ke batu yang lebih besar
untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari mereka seperti berburu. salah satu
patung peninggalan zaman paleolitikum yang terkenal adalah Venus of willendorf
yang menggambarkan perempuan hamil.
2.
Seni rupa zaman kuno.
periode
seni rupa zaman kuno dimulai ketika peradaban kuno mengembangkan bentuk bahasa
tulis. tradisi besar dalam dunia seni rupa berakar dari salah satu seni enam
peradaban kuno yang besar, yaitu mesir kuno, mosopatamia, yunani, roma, india,
dan cina. masing masing peradaban tersebut mengembangkan gaya yang unik dalam
seni mereka.
3.
Seni rupa zaman modern
seni
rupa modern merupakan istilah yang ditimpakan untuk sebagian besar benda
artistik yang berasal dari akhir abad ke 19 sampai dengan tahun 1970an. seni
rupa modern mengacu pada pendekatan baru terhadap seni yang menekankan emosi,
tema dan beragam hal abstark lainya. seniman-seniman bereksperimen dengan cara
melihat yang baru, dengana ide-ide segar akan materi dan fungsi seni.
4.
Seni rupa pasca modern ata kontemporer.
Seni
rupa pada zaman ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, terutama
menceritakan keruntuhan atau kehancuran peradaban manusia karena dua perang
dunia (1914-1945). seni rupa pada zaman ini melahirkan aliran-aliran seni rupa
seperti impresionisme, ekspresionisme, fauvisme, kubisme, dadaisme, surealisme.
interaksi global yang terus meningkat pada masa ini banyak memasukan
budaya-budaya daerah kedalam seni rupa barat, contohnya Pablo Picasso dengan
dipengaruri oleh seni pahat (patung) afrika. begitu pula seni gambar blok kayu
yang sangat dipengaruhi oleh renaisans barat, sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan impresionisme.
2. 5. 3 Periodisasi
Seni Tari
1. Tari zaman prasejarah / zaman
primitif
Zaman
primitif adalah zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan
sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berkisar
anatara tahun 20.000 SM – 400 M.
Pada
zaman masyarakat primitive ada 2 zaman yaitu zaman batu dan zaman logam. Pada
zaman batu kemungkinan tari – tarian hanya diiringi dengan sorak – sorai serta
tepukan tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah terdapat peninggalan
instrument music yang ada sangkut pautnya dengan tari yaitu nekara atau kendang
yang dibuat perunggu.
2. Tari zaman feodal / penjajahan ( 400
M – 1945)
Zaman
feodal / zaman penjajahan berkisar antara tahun 400 M – 1945. Jenis Tari zaman
feodal ini ditandai dengan bermunculan para pakar tari yang memberikan macam –
macam definisi. Tokoh – tokoh tersebut antara lain curt sach, soedarsono, corry
hamstrong, la mery dan lain sebagainya.
Pada
zaman ini tari memiliki berbagai fungsi antara lain tari upacara, tari hiburan,
tari pertunjukan. Tari yang berfungsi sebagai upacara ritual dan yang berfungsi
sebagai hiburan pribadi sebagian tidak tercakup karena tari ritual pada umumnya
lebih mementingkan tujuan dari pada bentuk penyajiannya, sedangkan tari hiburan
lebih mementingkan keikutsertaan penari dalam tari itu dari pada kenikmatan
untuk menontonnya.
3.
Tari zaman modern ( zaman setelah indonesia merdekan sampai sekarang)
Jenis
tari zaman modern ini ditandai dengan munculnya koreografer – koreografer
individu yang menciptakan karya – karya baru, lebih sebagai ekspresi diri dari
pada ekspresi komunal. Gagasan koreografer individual sebagai sebuah aspek
penting dari dampak kebudayaan barat. Tokoh – tokoh tari modern antara lain
isadora Duncan, Martha Graham, doris Humphrey, Mary Wigman dan lain sebagainya.
2. 5. 4 Periodisasi Seni Sastra
Seni telah lama berkembang. Bidang ini
juga menjadi bagian dalam perkembangan peradaban Islam. Salah satunya adalah
penulisan sastra. Banyak sastrawan bermunculan dengan berbagai karya mereka. Di
sisi lain, seni musik pun mendapatkan ruang dan para musisi diberi kesempatan
untuk mengembangkan potensinya.
Sastra mulai berkembang saat
pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Puncaknya, termasuk dalam perdagangan, terjadi
pada masa kepemimpinan Khalifah Harun Al Rasyid dan putranya, Al Ma’mun. Para
sastrawan masa itu banyak melahirkan karya besar. Bahkan, mereka juga
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan sastra pada masa pencerahan di
Eropa.
Philip K Hitti dalam bukunya History of The Arabs mengatakan, pada masa itu sastra mulai dikembangkan oleh Abu Uthman Umar bin Bahr Al Jahiz. Ia mendapatkan julukan sebagai guru sastrawan Baghdad. Al Jahiz dikenal dengan karyanya yang berjudul Kitab Al Hayawan atau Kitab Hewan. Ini merupakan sebuah antologi anekdot binatang, perpaduan rasa ingin tahu antara fakta dan fiksi. Ia pun menulis karya lain, Kitab Al Bukhala, yang merupakan kajian tentang karakter manusia.
Philip K Hitti dalam bukunya History of The Arabs mengatakan, pada masa itu sastra mulai dikembangkan oleh Abu Uthman Umar bin Bahr Al Jahiz. Ia mendapatkan julukan sebagai guru sastrawan Baghdad. Al Jahiz dikenal dengan karyanya yang berjudul Kitab Al Hayawan atau Kitab Hewan. Ini merupakan sebuah antologi anekdot binatang, perpaduan rasa ingin tahu antara fakta dan fiksi. Ia pun menulis karya lain, Kitab Al Bukhala, yang merupakan kajian tentang karakter manusia.
Perkembangan sastra ini kemudian terus
berlanjut hingga mencapai masa puncaknya pada sekitar abad ke-10.
Bermunculan nama-nama sastrawan yang
memiliki pengaruh besar, yaitu Badi Al Zaman Al Hamadhani, Al Tsa’alibi dari
Naisabur, dan Al Hariri. Al Hamadhani dikenal sebagai pencipta maqamat, sejenis
anekdot yang isinya dikesampingkan oleh penulisnya untuk mengedepankan
kemampuan puitisnya. Namun, dari sekitar 400 yang ditulisnya, hanya ada 52 yang
masih bisa ditelusuri jejaknya.
Seorang sastrawan lainnya, Al Hariri,
lebih jauh mengembangkan maqamat. Ia menjadikan karya-karya Al Hamadhani
sebagai model. Melalui maqamat ini, baik Al Hamadhani dan Al Hariri, menyajikan
anekdot sebagai alat untuk menyamarkan kritik-kritik sosial terhadap kondisi
yang ada di tengah masyarakat.
Menurut Philip K Hitti, sebelum maqamat
berkembang, ada sastrawan yang merupakan keturunan langsung Marwan, khalifah
terakhir Dinasti Abbasiyah. Sastrawan itu bernama Abu Al Faraj Al Ishbahani. Ia
lebih dikenal dengan panggilan Al Ishfahani. Abu Al Faraj tinggal di Aleppo,
Suriah, untuk menyelesaikan karya besarnya, Kitab Al Aghni. Ini merupakan
sebuah warisan puisi dan sastra yang berharga. Buku ini juga dianggap sebagai
sumber utama untuk mengkaji peradaban Islam.
Sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun,
menyebut karya Abu Al Faraj sebagai catatan resmi bangsa Arab. Bahkan, saking
berharganya karya itu, sejumlah figur ternama dalam pemerintahan, seperti Al Hakam
dari Andalusia, mengirimkan seribu keping emas kepada Abu Al Faraj sebagai
hadiah. Sebelum pertengahan abad ke-10, draf pertama dari sebuah karya yang
kemudian dikenal dengan Alf Laylah wa Laylah (Seribu Satu Malam) disusun di
Irak. Acuan utama penulisan draf ini dipersiapkan oleh Al Jahsyiyari.
Awalnya, ini merupakan karya Persia
klasik, Hazar Afsana. Karya itu berisi beberapa kisah yang berasal dari India.
Lalu, Al Jahsyiyari menambahkan kisah-kisah lain dari penutur lokal. Sastrawan
lain yang kemudian muncul pada masa Abbasiyah adalah Abu Al Tayyib Ahmad Al
Mutanabbi. Banyak kalangan menganggap bahwa ia merupakan sastrawan terbesar.
Abu al-’Ala al-Ma’arri yang hidup antara 973 hingga 1057 Masehi merupakan sosok lainnya. Ia menjadi salah satu rujukan para sarjana Barat. Puisi-puisi yang ia ciptakan menunjukkan adanya perasaan pesimis dan skeptisme pada zaman ia hidup. Perkembangan sastra ini juga memberikan pengaruh kepada Spanyol.
Abu al-’Ala al-Ma’arri yang hidup antara 973 hingga 1057 Masehi merupakan sosok lainnya. Ia menjadi salah satu rujukan para sarjana Barat. Puisi-puisi yang ia ciptakan menunjukkan adanya perasaan pesimis dan skeptisme pada zaman ia hidup. Perkembangan sastra ini juga memberikan pengaruh kepada Spanyol.
Dalam konteks ini, tak ada penulis Barat
yang mengungkapkan ketertarikan Eropa terhadap sastra Arab dalam bentuk yang
lebih dramatis dan puitis dibandingkan penyair asal Inggris William
Shakespeare. Hal menarik yang diciptakan Shakespeare adalah Pangeran Maroko
yang merupakan salah satu tokoh agung dalam The Merchant of Venice. Pangeran
Maroko dibuat dengan meniru Sultan Ahmed al-Mansur yang agung yang menunjukkan
martabat kerajaan
DAFTAR PUSTAKA
http://perkembangankaryasenidunia.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-perkembangan-seni-sastra-dunia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar