Selasa, 19 November 2019

SEDIH MASIH JOMBLO ? MUNGKIN INI PENYEBABNYA ! MAU TAU ? YUK, SIMAK !!


Pernah nggak sih kamu ngelamun terus tiba-tiba kepikiran, “Saya ngerasa diri saya udah oke. Penampilan enggak jelek-jelek amat, karir yaa lumayan lah. Tapi kok sulit ya dekat dengan seseorang ?”
Coba deh kamu pergi ke depan cermin, terus kamu fikirin lagi baik-baik apalagi ya yang kurang ?. Pernah denger suatu riset penelitian dari Jurnal Ilmiah Kosmetik ? Menurut penelitian itu, “Aroma individual dan produk (parfum) yang dipilihnya mampu mempengaruhi persepsi terhadap diri sendiri juga kesan yang dibentuk oleh orang lain.” Meski kamu nggak ngeluarin bau badan yang memusingkan tapi tau nggak sih aroma tubuh yang wangi dan khas bikin lawan jenis dan orang disekitar kamu nyaman dan ingin mendekat. So, ga percaya ? Yuk coba buktiin !  pilih parfum yang tepat yaa jdi kamu nggak cuman lebih wangi tapiii bisa nambah kepercayaan diri dan daya tarik orang disekitar kamuu.
Bingung milih parfum yang tepat dan murah ? Order aja di Maikai Inparfume ! Disini banyakkkk banget aroma parfum yang bikin kamu ga cuman wamgi tapi nambah percaya diri deh !!! Yuk tunggu apa lagi !? Masih jomblo ? pake parfum dari Maikai aja !
Untuk order bisa hubungi admin di Instagramnya @maikai.Inparfume

Minggu, 17 November 2019

STRATEGI PRODUK DAN PENGEMBANGAN PRODUK BARU


A.   Pengertian Produk Industri
Produk Industri adalah produk yang sengaja dibeli sebagai bahan baku maupu sebagai barang yang diperdagangkan kembali oleh pembelinya. Dalam hal ini, produk yang dibeli akan dibuat menjadi produk lain maupan dijual kembali dengan tujuan mencari keuntungan.
B.   Daur Hidup Produk Industri
Pada umumnya, Siklus Hidup Produk atau Product Life Cycle memiliki 4 Tahapan yaitu Perkenalan (Introduction), Perkembangan (Growth), Kedewasaan (Maturity), Penurunan (Decline).
1.      Tahap Perkenalan (Introduction)
Tahapan Perkenalan adalah tahapan pertama dalam siklus hidup produk dimana produsen memperkenalkan produk barunya kepada pasar atau masyarakat umum. Beberapa ciri-ciri pada Tahap Perkenalan ini diantaranya adalah :
·         Produk baru diluncurkan ke Pasar (Market)
·         Omset penjualan yang masih rendah
·         Kapasitas produksi masih rendah
·         Biaya per unit yang masih tinggi
·         Cash Flow Negatif
·         Distributor berkemungkinan enggan untuk mengambil produk yang masih belum terbukti Kualitasnya.
·         Diperlukannya promosi secara besar-besaran dalam rangka memperkenalkan produknya (biaya promosi yang tinggi)
Strategi yang sering digunakan dalamTahap Perkenalan (Introduction) :
·         Mendorong Adopsi pelanggan
·         Mengeluarkan Biaya yang besar dalam promosi untuk menciptakan kesadaran pada produk dan juga untuk memberitahukan produk barunya kepada masyarakat
·         Menggunakan strategi Harga Peluncuran (skimming) atau Harga Penetrasi (Penetration)
·         Distribusi yang terfokus (pada wilayah yang terbatas)

2.      Tahap Perkembangan (Growth)
Tahap Perkembangan (Growth) adalah tahap dimana produk yang diperkenalkan tersebut sudah dikenal dan diterima oleh konsumen. Beberapa ciri-ciri pada tahap Perkembangan ini adalah :
·         Memperluas pasar
·         Omset penjualan yang naik signifikan
·         Meningkatnya kapasitas produksi
·         Produk mulai diterima oleh pasar
·         Cash Flow mulai berubah menjadi Positif
·         Pasar semakin berkembang, laba juga akan meningkat, namun pesaing-pesaing baru akan mulai bermunculan
·         Biaya per unit akan turun ke skala yang ekonomis
Strategi yang sering dilakukan dalam Tahap Perkembangan
§  Membuat iklan yang menciptakan kesadaran akan pemilihan produk dan memperkuat merek (branding)
§  Memperbanyak saluran distribusi dan memperluas cakupan distribusi.
§  Meningkatkan kualitas produk, menambahkan fitur-fitur baru dan gaya serta memperbanyak model atau varian.
§  Menurunkan harga produk untuk menarik pembeli dan memperluas segmen pasar
§  Masih mengeluarkan biaya yang besar dalam mempromosikan produk dan mereknya.
3.      Tahap Kedewasaan (Maturity)
Peningkatan Omset penjualan yang mulai melambat, bersaing dengan ketat dan berjuang dalam merebut pangsa pasar dengan pesaing-pesaingnya.
§  Kapasitas produksi yang tinggi
§  Memiliki laba yang besar bagi mereka yang dapat memimpin pasar
§  Cash Flow akan berada dalam kondisi Positif yang kuat
§  Pesaing yang lemah dan kalah bersaing akan mulai keluar dari pasar
§  Harga Produk mulai turun
Strategi yang sering dilakukan dalam Tahap Kedewasaan
·         Memperbaiki dan memodifikasi Produk dan memperbanyak pilihan (model, warna, bau, rasa, estetika)
·         Meninggalkan varian produk yang tidak kuat di pasar.
·         Kapasitas Produksi pada kondisi yang rasional
·         Menerapkan harga yang lebih bersaing
·         Menggunakan Iklan yang persuasif, mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produknya.
·         Menarik pengguna-pengguna baru
·         Distribusi yang intensif
·         Memasuki Segmen pasar yang baru
·         Repositioning

4.      Tahap Penurunan (Decline)
Pada tahap penurunan, penjualan dan keuntungan akan semakin menurun dan jika tidak melakukan strategi yang tepat, produk yang ditawarkan mungkin akan hilang dari pasar (market). Ciri-ciri Tahap Penurunan adalah sebagai berikut :
§  Laba menurun secara signifikan dan Cash flow akan melemah
§  Pasar menjadi Jenuh
§  Akan banyak Pesaing-pesaing yang keluar dari pasar
§  Kapasitas produksi akan menurun
Strategi yang sering digunakan pada tahap penurunan adalah sebagai berikut :
§  Melakukan promosi untuk mempertahankan Pelanggan yang setia
§  Mempersempit saluran distribusi
§  Menurunkan harga uang menjaga daya saingnya

C.   Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses di mana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.

D.   Proses Pengembangan Produk
Dalam menciptakan dan mengembangkan produk yang berkualitas, terdapat berbagai langkah atau tahap yang biasa terjadi ketika kita sedang menciptakan atau mengembangkan produk yaitu:

1.      Penciptaan Ide : Tahapan ini adalah tahapan awal bagi kita dalam menentukan produk yang ingin diciptakan. Dalam tahapan ini biasanya kita memikirkan ide tentang produk apa yang ingin kita buat. Baik produk tersebut sudah ada di pasaran atau belum.
2.      Penyaringan Ide : Pada tahapan ini, kita mulai menyaring, menseleksi atau bahkan mengkombinasikan ide – ide yang ada.
3.      Pembuatan & Pengujian Ide : Pada tahapan ini kita mulai membuat serta menguji ide yang telah terbentuk hingga menjadi sebuah produk yang berkualitas dan sesuai dengan harapan.
4.      Pengembangan Strategi Pemasaran : Tahap ini adalah tahapan kita dalam membuat dan menyusun strategi pemasaran efektif yang dapat digunakan dalam memperkenalkan produk tersebut kepada konsumen.
5.      Analisis Usaha : Dalam tahapan ini adalah kita melihat dan menganalisa apakah produk yang telah dipasarkan dapat memperoleh keuntungan atau tidak.
6.      Pengembangan Produk : pada tahapan ini kita mulai mengembangkan produk yang telah di konsep menjadi sebuah produk yang sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
7.      Market Testing : tahap ini adalah tahapan dalam mempelajari performance terhadap produk yang dipasarkan. Apakah produk tersebut sudah memenuhi target atau belum. Selain itu tahap ini juga biasa digunakan untuk mengetahui pendapat konsumen mengenai produk yang di pasarkan.
8.      Komersialisasi : tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam penciptaan dan pengembangan produk. Tahap ini adalah tahap yang dilakukan demi menunjang penjualan yang telah diciptakan dan dikembangkan.

E.   Pengujian Konsep Produk Baru

Pengujian konsep mengumpulkan respon langsung terhadap deskripsi konsep produk dari pelanggan potensial di dalam target pasar. Pengujian konsep berbeda dengan seleksi konsep dalam hal pengumpulan data secara langsung dari pelanggan dan lebih sedikit mengandalkan penilaian yang dibuat oleh tim pengembang. Pengujian konsep dapat menyakinkan bahwa kebutuhan pelanggan telah dipenuhi oleh konsep produk. Pengujian konsep juga dapat menilai potensi penjualan produk dan pengumpulan informasi dari pelanggan untuk perbaikan konsep produk. Pengujian konsep dianggap sesuai untuk beberapa kondisi pada proses pengembangan, jika pada saat mengindentifikasi peluang produk yang sebenarnya, ketika memilih dua atau lebih konsep produk yang akan diproses lebih lanjut, menilai potensi penjualan konsep produk, dan pada saat memutuskan apakah pengembangan produk akan dilanjutkan dan akan dikomersialkan. Metode pengujian konsep produk yang direkomendasikan terdiri dari 7 (tujuh) langkah yaitu:

1.      Mendefinisikan Maksud dari Pengujian Konsep
Tahap pertama pada pengujian konsep, anggota tim secara eksplisit menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab melalui pengujian ini. Pengujian konsep pada dasarnya merupakan sebuah eksperimen. Mengetahui maksud eksperimen adalah penting untuk merancang metode eksperimen yang efektif.
2.      Memilih Populasi Survei
Asumsi yang mendasari pengujian konsep adalah populasi pelanggan potensial yang disurvei mencerminkan target pasar dari sebuah produk. Jika populasi survei menunjukkan sikap antusias maupun kurang antusias terhadap produk dibandingkan target akhir dari produk, maka kesimpulan dari pengujian konsep akan menjadi bias. Karena itu tim harus memilih populasi survei yang mencerminkan target pasar yang sebenarnya.
3.      Memilih Format Survei
Format survei yang biasa digunakan dalam pengujian konsep dapat berupa interaksi langsung (face to face interaction), telepon, lewat surat yang dikirimkan melalui jasa pos, surat elektronik (email) maupun internet.
4.      Mengkomunikasikan Konsep
Pilihan format survei sangat berkaitan dengan bagaimana konsep akan dikomunikasikan. Konsep dapat dikomunikasikan dalam bentuk uraian verbal, sketsa, foto dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model fisik maupun prototipe yang dioperasikan.
5.      Mengukur Konsep Pelanggan
Sebagian survei pengujian konsep dimulai dengan mengkomunikasikan konsep produk dan kemudian mengukur respons pelanggan. Ketika pengujian konsep dilakuakan pada awal fase pengembangan konsep, respons pelanggan biasanya diukur dengan meminta pelanggan untuk memilih salah satu dari dua atau lebih konsep alternatif.
6.      Menginterpretasikan Hasil
Jika tim tertarik untuk membandingkan dua atau lebih konsep, interpretasi hasilnya dapat dilakukan secara langsung. Apabila salah satu konsep mendominasi yang lain, dan tim percaya bahwa responden mengerti kunci perbedaan diantara konsep-konsep tersebut, maka tim dapat dengan mudah memilih konsep yang diinginkan. Jika hasilnya tidak terbatas, maka tim bisa memutuskan untuk memilih konsep berdasarkan biaya atau pertimbangan lain.
7.      Merefleksikan Hasil dan Proses
Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial. Pandangan kualitatif yang dilakukan melalui suatu diskusi terbuka dengan responden tentang konsep-konsep yang diusulkan mungkin merupakan hasil yang paling penting dari pengujian konsep, terutama pada awal proses pengembangan. Tim harus merefleksikan hasil diskusi ini sama baiknya dengan hasil prediksi yang bersifat numerik.

F.    Pengembangan produk srategis
Strategi pengembangan produk adalah bagian dari strategi korporasi (corporate strategy). Dalam strategi pengembangan produk terdapat potensi keuntungan maupun risiko dari aktifitas pengembangan produk, dan banyak faktor yang   menyebabkan suatu organisasi mempertimbangkan melakukan pengembangan produk baru. Hampir semua organisasi menemukan bahwa pendekatan strategi managerial  pada aktifitas pengembangan produk baru akan meningkatkan peluang keberhasilan dan juga meminimasi biaya dan risiko. Ada dua pendekatan dalam menjalankan strategi pengembangan produk, yaitu sebagai berikut :
1.      Strategi proaktif (proactive strategy)
Strategi pengembangan produk yang dilakukan untuk mengantisipasi kondisi di masa depan. Pengembangan produk dimulai dari perusahaan sendiri. Beberapa bentuk dari strategi proaktif, yaitu sebagai berikut :
a.       Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
Strategi ini menempatkan perusahaan untuk terus berusaha mengembangkan produknya secara teknis. Contoh dari strategi ini adalah perusahaan ABC menginvestasikan modal yang cukup banyak pada bagian R&D-nya. Hal  tersebut kemudian membuahkanhasil dengan banyaknya inovasi atas produk yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cepat dibandingkan dengan pesaing – pesaingnya.
b.      Pemasaran(Marketing)
Strategi ini menempatkan konsumen sebagai pertimbangan pertama dalam membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Contoh dari strategi ini adalah perusahaan DEF mengadakan survey skala besar mengenai produk apa yang  dibutuhkan oleh konsumen baik secara langsung kepada konsumennya, maupun secara tidak langsung dengan membaca data penjualan produk yang memiliki peringkat tertinggi. Data –data tersebut digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk yang selalu sesuai dengan kebutuhan konsumen.
c.       Pengusaha(Entrepreneurial)
Strategi ini memberi kesempatan kepada seorang pengusaha (entrepreneur) untuk mewujudkan idenya dengan membuat divisi tersendiri dan mengumpulkansumbernya.  Strategi ini dilaksanakan pada perusahaan yang sudahbesar dan mapan. Contoh dari strategi ini adalah perusahaan GHI merupakan perusahaan terkemuka  di dunia. Produk – produk yang dihasilkannya pun  sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen, handal, inovatif, dll. Kemudian,  perusahaan ini dituntut untuk terus menciptakan atau mengembangkan produk yang dapat menjadi kiblat atau trendsetter produk A di dunia.  Dengan segala kemapanan yang dimiliki, perusahaan ini menciptakan suatu bagian yang khusus memperkerjakan pegawai – pegawai berjiwa inventor, kreatif, dan berfikir secara tidak biasa  (think-out-of-the-box) yang ditugaskan untuk menciptakan atau mengembangkan produk yang dapat menjadi kiblat atau  trendsetter dunia. Hal ini menghasilkan kesuksesan dengan hadirnya produk IHG yang kemudian menjadi kiblat atau trendstetter untuk produk sejenisnya.
d.      Akuisisi(Acquisition)
Strategi ini melibatkan perusahaan untuk mengambil alih atau membeli perusahaan lain yang menghasilkan suatu produk yang sama sekali baru bagi perusahaan atau bahkan bagi pasar. Contoh dari strategi ini adalah perusahaan penyedia komunikasi PT. JKL baru – baru ini diketahui telah mengakuisisi perusahaan penyedia komunikasi PT. MNO. Keputusan ini diambil oleh PT. JKL karena seperti yang masyarakat ketahui bahwa PT. MNO baru saja mengadakan fitur aplikasi perpesanannya yang dapat mengirimkan pesan singkat tanpa dikenai biaya ataupun menggunakan koneksi internet. Aplikasi tersebut sangat diminati oleh pasar sehingga dengan segala kemampuan yang dimiliki, PT. JKL  memutuskan unruk mengakuisisi PT. MNO.
2.      Strategi reaktif (reactive strategy)
Strategi pengembangan produk yang dilakukan sebagai respon dari kondisi pasar atau pesaingnya. Beberapa bentuk dari strategi reaktif, yaitu sebagai berikut :
a.       Strategi defensif (defensive strategy)
Strategi ini dilakukan dengan menciptakan suatu aksi untuk melindungi perusahaan terhadap produk baru yang dikeluarkan pesaing yang meraih sukses di pasar. Contoh dari strategi ini adalah perusahaan PQR baru saja meluncurkan ponsel Galaxy X yang meraih kesuksesan di  pasar. Perusahaan STU yang merupakan kompetitor dari perusahaan PQR  dalam ponsel cerdas (smartphone) kemudian berinisiatif untuk mengadakan promo  diskon untuk setiap pembelian ponsel dari perusahaannya. Hal ini dilakukan demi menjaga pasar yang selama ini perusahaan STU miliki.
b.      Strategi imitatif (Imitative strategy)
Strategi ini dilakukan dengan meniru produk baru dengan cepat sebelum produk tersebut mendapat pasaran yang kuat. Contoh dari strategi ini adalah perusahaan VWX dikabarkanakan segera meluncurkan ponsel Galaxy YZ yang memiliki model menarik dan potensi besar akan meraih kesuksesan di pasar. Perusahaan XYZ yang berasal dari Negara China membuat strategi untuk meniru model ponsel Galaxy YZ, meskipun sistem operasi dari ponsel tersebut tidak sama.
c.       Strategi second-but-better
Strategi ini dilakukan dengan sebelumnya menunggu hasil pemasaran produk baru dari pesaingnya; lalu tidak hanya meniru produk pesaing, tetapi juga memperbaikinya dan memperkuat posisinya di pasaran. Contoh dari strategi ini adalah perusahaan BCD dikabarkan akan segera meluncurkan ponsel Galaxy AB yang memiliki model menarik dan potensi besar akan meraih kesuksesan di pasar. Perusahaan EFG membuat strategi untuk meniru model ponsel Galaxy YZ, tetapi dengan penyempurnaan model dari ponsel yang ditirunya dan mengembangkan sistem operasi berbasis android versi terbaru.
d.      Strategi responsif (responsive strategy)
Strategi ini dilakukan dengan mengakomodasi keinginan konsumen.
Contoh dari strategi ini adalah perusahaan EFG meluncurkan ponsel 5X yang  merupakan hasil dari berbagai keinginan dan permintaan pasar untuk penyempurnaan atas kekuragan keluaran ponsel sebelumnya, yaitu  5W.



Sabtu, 09 November 2019

SEGMENTASI PASAR INDUSTRI, TARGET DAN POSISI PEMASARAN


1.  Segmentasi Pasar Industri
a. Pentingnya Segmentasi Pasar
      Dalam sebuah marketing, tentu saja sebuah produk harus ditargetkan pada konsumen yang sesuai, baik itu dari usia, kesanggupan, kebutuhan ataupun keinginan. Maka dalam pemasaran dibutuhkan yang namanya segmentasi.
   "Segmentasi pasar sendiri adalah tindakan membagi suatu pasar menjadi kelompok – kelompok pembeli yang berbeda – beda yang mungkin membutuhkan produk – produk dan atau kombinasi pemasaran yang terpisah" Segmentasi pasar ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak pasar yang menginginkan produk yang akan dipasarkan.
b. Jenis – jenis Segmentasi
Segmentasi geografik
           Segmentasi geografik adalah membagi pasar menjadi beberapa unit secara geografik seperti negara, regional, negara bagian, kota atau komplek perumahan. Sebuah perusahaan mungkin memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau beberapa wilayah geografik ini atau beroperasi disemua wilayah tetapi lebih memperhatikan perbedaan kebutuhan dan keinginan yang dijumpai. Banyak perusahaan dewasa ini “meregionalkan” progam pemasaran mereka, melokalkan produk, iklan, promosi, dan usaha penjualan agar sesuai dengan kebutuhan masing –  masing wilayah.
Segmentasi demografis
        Segmetasi demografik adalah suatu proses yang membagi – bagi pasar menjadi kelompok – kelompok berdasarkan variabel – variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan,pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, agama, ras dan kebangsaan.
     Variabel – variabel demografis merupakan dasar yang paling populer untuk menentukan kelompok – kelompok pelanggan, karena keinginan kebutuhan, dan tingkat pemakaian konsumen seringkali berkaitan sangat erat dengan variabel demografis dan juga variabel demografis lebih mudah diukur dari pada kebanyakan variabel lain.
      Bahkan kalaupun segmen pasar ditetapkan dengan dasar yang lain (non demografis ) karakteristik demografis mereka harus diketahui pula untuk menaksir besarnya pasar sasaran dan memenuhi kebutuhan mereka secara efisien.
Segmentasi psikologis
     Dalam segmentasi psikikografis maka pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian.

Mensegmentasi Pasar Industri
Pembeli di pasar industri  dapat disegmentasikan secara geografis atau menurut manfaat yang dicari, status pengguna, tingkat penggunaan, dan status loyalitas. Dalam industri terpilih sebuah perusahaan dapat mensegmentasi lebih lanjut berdasarkan ukuran pelanggan atau lokasi geografik.

Syarat Segmentasi  yang Efektif
Dalam melakukan segmentasi perusahaan perlu memperhatikan efektifitas segmentasi tersebut. Agar dapat berguna secara maksimal, maka setiap segmen pasar harus menunjukan lima karakteristik :
1.  Dapat diukur ( Measurabel ) Ukuran, daya beli, dan profil pasar harus dapat diukur dengan tingkat tertentu.
2.   Dapat dijangkau ( Accessible ) Segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
3.   Cukup besart  ( Substantial ) Segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba yang dapat diloyani. Suatu segmen merupakan kelompok homogenyang cukup bernilai untuk dilayani oleh progam pemasaran yang sesuai.
4.   Dapat dibedakan ( Differentiabel ) Differentiabel berarti segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.
5. Dapat dilaksanakan ( Actionable ) Actionable berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

2.  Target Pasar
        Segmentasi pasar menimbulkan peluang segmen pasar yang dihadapi perusahaan. Perusahaan tersebut mengevaluasi berbagai segmen dan memutuskan beberapa banyak segmen yang harus dicakup serta segmen mana yang akan dilayani. Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda perusahaan harus melihat pada tiga faktor ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik struktural serta tujuan dan sumber daya perusahaan.

Memilih  segmen pasar
Setelah mengevaluasi beberapa segmen perusahaan berharap mendapatkan satu atau lebih segmen pasar yang bernilai untuk dimasuki. Perusahaan harus memutuskan berapa banyak dan segmen mana yang akan dilayani yang biasa dinamakan marketing target atau pasar sasaran. Pasar sasaran adalah sekelompok pembeli yang mempunyai kebutuhan atau karakteristik yang sama yang ingin dilayani oleh perusahaan.

5 pola pemilihan pasar sasaran :
1. Konsentrasi pada segmen tunggal
     Perusahaan memilih sebuah segmen tunggal yang memiliki kesamaan alami pada kunci persyaratan untuk sukses di segmen ini. Melalui pasar yang terkonsentrasi maka perusahaan posisi pasar yang kuat dalam segmen. Dana yang terbatas segmen tanpa pesaing, titik tolak untuk ekspansi.
2. Spesialisasi selektif
       Perusahaan memilih beberapa segmen masing – masing dilihat daya tariknya dan kesesuaian dengan tujuan serta sumber daya perusahaan.
3. Spesialisasi Produk
          Perusahaan berkonsentrasi pada pembuatan satu produk tertentu yang dijual ke beberapa segmen pasar. Melalui strategi ini perusahaan membangun reputasi tinggi dalam satu area produk yang khusus, resiko akan muncul bila produk tersebut dikalahkan oleh teknologi yang lebih baru.
4. Spesialisasi pasar
            Perusahaan berkonsentrasi untuk melayani berbagai kebutuhan dari suatu kelompok tertentu. Perusahaan mencapai reputasi yang tinggi dalam spesialisasi pelayanan kelompok pelanggan.
5. Jangkauan pasar secara penuh
              Perusahaan berusaha untuk melayani semua kelompok pelanggan dengan semua produk yang diperlukan.

Perusahaan besar dapat menjangkau pasar dengan dua cara yaitu melalui pemasaran yang tidak dibedakan dan dibedakan.
1. Pemasaran yang tidak dibedakan ( Undiferentiated Marketing )
    Perusahaan mengabaikan perbedaan segmen pasar dan melayani keseluruhan pasar dengan satu penawaran. Pemasaran ini akan menghemat biaya persediaan ( lini produk yang sempit ) dan biaya pengangkutan.
2.   Pemasaran yang dibedakan / pemasaran serba aneka ( Diferentiated Marketing )
   Perusahaan memilih untuk beroperasi pada beberapa segmen pasar dan merancang progam pemasaran yang berbeda untuk setiap segmen.
Pemasaran terpusat
Perusahaan mencari pangsa pasar / market share yang besar dalam sebuah sub pasar dari pada mengejar market share yang kecil dalam sebuah pasar yang besar. Strategi ini cocok bagi perusahaan yang sumber dananya terbatas.

3. Positioning
Posisi produk adalah bagaimana produk didefinisikan oleh konsumen atas dasar atribut – atribut yang menyertai dibanding dengan produk pesaing dalam benak konsumen.
Strategi penentuan posisi pasar
1.      Atas dasar atribut produk
Contoh harga murah, manfaat yang diberikan, rasa yang enak.
2.      Peristiwa penggunaan
Isotonik diposisikan sebagai minuman untuk menggantian zat cair dan gas tubuh para atlet pada musim panas. Pada musim dingin diposisikan sebagai minuman yang digunakan manakala dokter menganjurkan meminum banyak cairan.

4. Re-Positioning
Repositioning adalah merubah persepsi konsumen terhadap relasi brand menjadi kompetisi brand, atau mengubah identitas produk perubahan terhadap identitas produk saingan, atau depositioning, marketer mengubah identitas produk yang bersaing terhadap identitas produk sendiri dalam pikiran kolektif target pasar.
Terkadang perusahaan melakukan re-positioning untuk menyangga pertumbuhan permintaan pada saat pasar sedang melemah atau untuk mengoreksi kesalahan positioning. Perubahan demografi, menurunnya penjualan atau perubahan pada lingkungan sosial seringkali memotivasi perusahaan untuk mereposisi penetapan brand. Sasaran utama dari strategi reposisi suatu produk adalah membentuk citra merek tertentu di benak konsumen. Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa image dan repositioning mempunyai hubungan yang erat dalam mengambil keputusan pembelian, konsumen dipengaruhi oleh citra perusahaan yang bersangkutan sedangkan posisi produk yang ada di benak konsumen dapat membentuk suatu citra yang khusus di benak konsumen. Memposisikan produk tidak hanya sekadar konsumen mengetahui keberadaan produk tapi juga dapat memberikan kepuasan yang berarti bagi konsumen.

Alasan perlunya repositioning adalah:
1. Reaksi atas posisi baru pesaing, Rasanya pasti tidak enak jika merek terus diserang oleh pesaing. Kalau tetap berdiam diri terhadap pergerakan pesaing, mungkin akan dikesankan tidak mampu atau kalah bersaing. Repositioning di lakukan saat positioning sekarang tidak unik dan tidak menunjukkan "kenapa" harus memilih merek dibanding pesaing.

2. Mencapai pasar baru, Sebuah merek seringkali telah memiliki pasar yang bagus, tetapi pasar yang bagus tersebut justru sering memancing masuknya pesaing-pesaing baru yang ramai-ramai menyerang pemain yang sudah ada. Atau bisa saja sebuah merek merasa pasar yang selama ini dilayani sudah sulit berkembang, untuk itu perlu dipikirkan untuk menyasar segmen baru. Jika ingin menyasar segmen baru, apakah selalu harus menggunakan repositioning? Pertimbangannya sederhana, setiap segmen tentu memiliki karakteristik yang berbeda, jika tetap menggunakan positioning lama untuk menyasar segmen baru, apakah cocok? Dapat dikatakan tidak. Untuk itu, jika berniat masuk ke pasar baru, lakukanlah repositioning.

3. Menangkap tren baru, Pasar tidak ada yang statis, selalu ada tren-tren baru yang muncul. Perkembangan ini tentu merubah preferensi dan perilaku konsumen. Hal ini tentu saja sering memaksa kita memikirkan kembali positioning merek saat ini. Analisis dengan baik apakah tren tersebut bertahan lama dan yang paling penting adalah apakah tren tersebut akan merubah perilaku konsumen terhadap keputusan pembeliannya. Jika ya, maka marketer harus melakukan repositioning.

4. Mengubah value offering, Repositioning bisa dilakukan bila sebuah merek mencoba menawarkan value yang berbeda. Value di sini menunjukkan perbandingan antara apa yang didapatkan konsumen (total get) dengan apa yang diberikan (total give). Dengan perubahan value yang ditawarkan ke konsumen, tentu sebuah merek mau tidak mau harus melakukan repositioning, karena yang ditawarkan sudah berbeda. Kalau masih tetap memertahankan positioning yang lama, maka tidak menunjang perubahan value yang ditawarkan ke konsumen.